Text
Bunderan awak: Laporan karya seni
Karya ini terinspirasi dari pengalaman empiris diri pengkarya yang dilahirkan di lingkungan Jawa yang identik dengan karakter lembut, tertutup, tidak berterus terang dan kemudian menempuh Pendidikan di Minangkabau sehingga gaya hidup yang berbeda mempengaruhi karakter dalam diri pengkarya. Hal ini menarik untuk diangkat kedlam karya tari yang diberi judul Bunderan Awak, Bunderan berasal dari bahasa Jawa yang berarti lingkaran, kata bunderan mempunyai makna tentang perjalanan hidup pengkarya yang berada di antara dua lingkaran budaya yang berbeda, sedangkan Awak berasal dari bahasa Minang yang berarti diri sendiri. Karya tari ini menggunakan tema akulturasi dengan tipe murni, yang ditarikan oleh 8 orang penari dengan 3 orang penari laki-laki dan 5 oarang penari perempuan. 3 penari laki-laki sebagai interprestasi lingkungan Minang, sedangkan 4 orang penari perempuan diinterprestasikan sebagai gambaran diri pengkarya. Kostum yang digunakan pada karya ini perpaduan batik dan warna seperti kuning, merah dan hitam. Batik mewakili gambaran dari budaya Jawa sedangkan warna merah, kuning dan hitam gambaran dari budaya Minang. Kain putih yang digunakan sebagai poperti dan setting sebanayak 4 buah dengan panjang 7 meter dan lebar 1,5 meter sebagai simbol pertemuan dua budaya yang saling mengisi. Tari ini berpijakan pada karakter gerak putri yang mengalir dan mengalun juga mengguanakan gerak sikap tangan seperti, ngiting, ngeruji, ngukel dan nyempurit serta sikap tubuh dengan mendak. Sedangkan gerak Minang menggunakan karakter tegas, tajam dan keras yang digambarkan dengan gerak langkah, gelek cucuak dan sikap tubuh pitunggua. Metode garapan karya tari ini berupa empiris, eksplorasi, improvisasi, pembentukan dan evaluasi, yang di eksplorasi dengan menggunakan ruang waktu tenaga sehingga muncul pola-pola lingkaran dan karakter baru pada karya ini. Karya ini dipertunjukan di Gedung Auditorium Boestanul Arifin Adam.
Tidak tersedia versi lain