Text
Falsafah hidup: memecahkan rahasia kehidupan berdasarkan tuntunan Al- Qur,an dan As-Sunnah
Lahir, berjuang, dan akhirnya mati. Demikianlah kita menjalani hidup. Melalui buku ini, Hamka menguraikan tentang rahasia kehidupan dan perilaku manusia. Akhirnya Buya sampai pada kesimpulan, “Islam memulangkan kekuasaan kepada Allah belaka, yang Esa di dalam kekuasaan-Nya. Itulah Tauhid, yang mengakui Tuhan hanya Satu. Setelah itu memandang manusia sama derajatnya. Tidak ada kelebihan si anu dan si fulan, semuanya sama di sisi Tuhan; kelebihan seorang diri yang lain hanyalah takwanya, budinya dan kecerdasan akalnya. Bukan karena pangkat atau harta kekayaan. Tangan si lemah dibimbing sehingga beroleh kekuatan. Diambil hak dari tangan yang kuat dan kuasa lalu dipindahkan kepada yang lemah, sehingga tegaklah perimbangan. Inilah hidup yang dikehendaki Islam. Inilah FHidup seperti inilah yang menghasilkan ribuan orang mulia yang berguna di kehidupan dunia sampai akhirat. Dan, bila kita bisa mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menjadi “garam” dunia. Insya AAgama Islam dari sumbernya yang asli, yaitu Al-Qur’an, adalah pembela filsafat. Bagaimana akan dimungkiri, dalam Kitab Suci itu, senantiasa disesali orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. “Tidaklah kamu gunakan akalmu?”, “Tidaklah kamu pikirkan?”, “Ambil perbandinganlah hai orang- orang yang mempunyai pandangan”. Dan lain-lain lagi, beratus- ratus ayat, untuk mengetuk pintu kesadaran pikiran. Orang yang membaca Al-Qur’an dengan penuh minat, orang yang membersihkan jiwanya untuk mencari kebenaran, dengan tanpa sepengetahuannya, akan berjalan menuju filsafat. “Apakah mereka tidak melihat kepada unta, betapa ia dijadikan; dan kepada langit, betapa ia diangkatkan; dan kepada bukit-bukit, betapa ia ditancapkan; dan kepada bumi, betapa ia dihamparkan,” (QS al-Ghatsiyah [88]: 17-20). Bila kita baca pula Surat adz-Dzariyat (51): 20 dan 22, jelas terbentang tiga pokok tempat beredar filsafat, bumi tempat manusia hidup, manusia sendiri, dan langit: Dan pada bumi adalah bukti orang-orang yang yakin (20) Dan pada dirimu sendiri, apakah tidak kamu pandangi? (21) Dan pada langit rezekimu dan apa yang dijanjikan buat kamu (22). Dengan jiwa filsafat, ketika membaca ayat-ayat ini terbayang usaha kemanusiaan dan pikiran manusia, dari zaman ke zaman, hendak mengetahui rahasia. Dengan hati yang tafakkur, jauh daripada sombong dan takabur, sehingga berpadulah antara keinginan manusia hendak tahu itu, dengan tuntunan dari Kekuasaan Besar itu. Selaraslah jalan filsafat dengan agama, atau tidak berpisah lagi. Berhenti pikiran di mana patut ia berhenti, lalu menyerah dan memohon ilham, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Sina. Dengan membaca ayat itu, terbayang Thales yang memikirkan asal alam, terbayang Socrates menyuruh mengenal diri. Terbayang pula suatu lukisan tangan Rafael di gereja Vatikan, yang menggambarkan Plato sedang menunjuk ke langit, isyarat kepada alam cita-cita yang diinginkan oleh kemanusiaan, sedang di sampingnya berdiri muridnya Aristoteles yang menunjuk ke bumi, mengisyaratkan bahwa di bumilah, di dalam budi yang mulia (etik), dan di dalam masyarakat yang teratur (politik), terletaknya cita-cita itu. Alangkah lapangnya anjuran Al-Quran dal
Tidak tersedia versi lain