Text
Dekonstruksi Mitos Tradisi Manyucuak Rantiang Di Bukik Lontiak Pada Masyarakat Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung : tesis +CD
Tradisi manyucuak rantiang merupakan tradisi unik yang hanya dijumpai di Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Tradisi ini berlaku untuk pendatang yang datang ke Sumpur Kudus. Tradisi manyucuak rantiang dilakukan dengan cara menancapkan sebilah ranting pohon di Bukik Lontiak yang menjadi gerbang alam memasuki daerah Sumpur Kudus. Masyarakat Sumpur Kudus meyakini apabila pendatang tidak melakukan tradisi ini, maka mereka akan ditimpa malapetaka seperti kecelakaan, sakit, tidak tahu jalan pulang dan lain sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan berkembangnya tradisi manyucuak rantiang pada masyarakat Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung, serta menganalisis tradisi manyucuak rantiang pada masyarakat Sumpur Kudus dari perspektif teori dekonstruksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di daerah Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, dengan metode pengumpulan data yang terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Penulis melakukan analisis dengan menggunakan teori budaya dan teori dekonstruksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi manyucuak rantiang telah ada di daerah Sumpur Kudus semenjak masuknya Agama Islam pada abad ke-16 M, yang dibawa pertama kali oleh Syekh Ibrahim. Tradisi ini bermula dari kebiasaan Syekh Ibrahim yang selalu menancapkan palacuik kerbaunya di Bukik Lontiak, dan masyarakat yang melihatnya meniru kebiasaan tersebut, sehingga manyucuak rantiang tumbuh dan menjadi budaya masyarakat Sumpur Kudus. Tradisi manyucuak rantiang di Bukik Lontiak mengalami perubahan sedemikian rupa dari zaman dahulu sampai zaman sekarang, sehingga menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat Sumpur Kudus. Tradisi manyucuak rantiang dibongkar dari perspektif teori dekonstruksi memiliki beberapa teks baru yang mendekonstruksi teks lama yang selama ini berkembang, yaitu: 1). Sebagai bentuk penghormatan terhadap Syekh Ibrahim, 2). Sebagai cara berkomunikasi, 3). Sebagai strategi pertahanan. Kata Kunci: Dekonstruksi, Mitos Tradisi Manyucuak Rantiang, Sumpur Kudus
Tidak tersedia versi lain