Text
"Booming" surat kabar di Sumatra's Westkust
Berdasarkan pengamatan Hendra Naldi awal abad ke-20, Sumatra Barat pernah disebut sebagai “ladang” media pers Indonesia. Daerah ini malah termasuk daerah di luar pulau Jawa terdepan dalam menerbitkan media pers. Dalam kurun waktu 1900 sampai 1930 saja, pers hadir sebanyak 53 buah penerbitan. Suatu angka yang fantastis untuk sebuah daerah atau wilayah yang tidak memiliki penduduk yang terlalu padat. Dari gambaran fenomena sejarah, telah menunjukkan bahwa Sumatra Barat merupakan wilayah yang cukup antusias dalam menyambut sebuah perubahan Kemudian dalam alam reformasi, perkembangan pers di Sumatra Barat tidak menunjukkan perkembangan yang cukup untuk kehidupan media pers daerah. Sebetulnya antusias untuk menyambut perubahan oleh Sumatra Barat juga diperlihatkan pada masa awal reformasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, satu demi satu media pers yang hadir di era awal reformasi itu berguguran. Bahkan ada tanda-tanda yang menunjukkan pers daerah dikuasai oleh hegemoni pers nasional yang berkamuflase menjadi pers daerah. Sampai akhirnya, terlihat gejala mengguritanya cengkraman media pers-pers nasional yang bertukar kulit menjadi pers daerah. Kondisi cepat berkembang dan cepat mati ini merupakan pengulangan dari cerita perkembangan media pers yang terjadi pada awal abad ke-
Tidak tersedia versi lain