Text
Perancangan penyutradaraan lakon dua puluh tahun ingatan karya Esha tegar Putra ke dalam garapan surealisme( Lap. karya + CD )
“Penyutradaraan Lakon “Dua Puluh Tahun Ingatan” Lakon Karya Essa Tegar Putra Kedalam Bentuk Garapan Surealisme” merupakan pertunjukan teater tragedi. Pertunjukan ini menceritakan tentang, kisah sepasang suami istri yang mengalami trauma karena kehilangan anak mereka pada saat aksi demo besar-besaran yang terjadi di kota mereka. Pertunjukan ini memiliki rumusan masalah bagaimana mewujudkan lakon DPTI karya Esha Tegar Putra ke dalam pertunjukan surealisme. Pertunjukan ini bertujuan memberikan pencerahan kepada penonton tentang jiwa nasionalisme, toleransi dan saling menghargai terutama terhadap sesama etnis serta perempuan. Selanjutnya, agar kasus-kasus yang belum selesai tentang pelecehan seksual yang di alami oleh para perempuan etnis Tionghoa khususnya perempuan dan SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) dapat di tindak lanjuti oleh pemerintah.
Permasalahan yang diangkat dalam pertunjukan ini adalah; (1) Mengapa kondisi sosial historis etnis Tionghoa setelah demo besar-besaran pada tahun 1998 berpengaruh terhadap penciptaan lakon DPTI?., (2) Bagaimana Struktur, Tekstur dan Makna lakon “Dua Puluh Tahun Ingatan”?. Pertunjukan ini menggunakan metode representatif, selanjutnya dengan cara melakukan pembedahan ringan pada teks lakon yang akan dijadikan pertunjukan surealisme dengan cara eksperimentasi. Analisis lakon yang digunakan merupakan; (1) teori struktur tekstur yang dirumuskan oleh George Kernodle, yakni struktur terdiri dari plot, karakter, dan tema, serta tekstur terdiri dari dialog, suasana, dan spektakel. Selanjutnya, konsep penyutradaraan yang digunakan dirumuskan oleh Suyatna Anirun yakni, (1) casting. (2) tahap mencari-cari terdiri dari reading, dramatic reading, blocking. (3) tahap memberi isi (4) finishing. Pendekatan penyutradaraan yang digunakan yakni, (1) representatif
Hasil pertunjukan ini menunjukkan, bahwa (1) pertunjukan DPTI adalah garapan surealisme yang berasal dari lakon yang memiliki simbol-simbol diwujudkan melalui eksperimentasi. (2) memperlihatkan masih adanya etnis di Indonesia yang terdiskriminasi seperti etnis Tionghoa. (3) lakon DPTI memperlihatkan masih bayak nya pelecehan seksual terhadap perempuan di Indonesia.
Tidak tersedia versi lain