Text
Piso surit dalam distorsi (aplikasi musik multimedia): lap. Karya seni
Piso Surit merupakan lagu daerah Nasional suku Karo karya komponis Nasional Djaga Depari. Lagu ini juga pernah dipopulerkan oleh komposer Vicky Sianipar secara Nasional pada tahun 2000-an. Lagu Piso Surit bermaknakan asmara muda-mudi suku Karo dizaman peperangan melawan Agresi Militer Belanda di tanah Indonesia. Menggambarkan seorang gadis yang mencurahkan isi hatinya dengan berbicara kepada alam, tentang kekasihnya yang dinanti turun ke medan perang dan telah lama tidak kunjung pulang.
Banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas suku Karo. Pada kenyataannya bukan, sebenarnya Piso Surit adalah kicauan burung yang seperti sedang memanggil-manggil dan terkesan sangat menyedihkan. Bunyinya nyaring dan berulang-ulang seolah-olah seperti menyebutkan kata “piso serit”. Jenis burung tersebut dalam bahasa Indonesia disebut kacer, sementara dalam bahasa suku Karo burung ini disebut "pincala". Burung pincala ini memiliki cara perkembangbiakkan yang berbeda dari burung-burung lainnya. Ketika burung ini bertelur, si betina burung ini pergi meninggalkan telurnya, kemudian si pejantan yang mengerami sampai telur-telurnya menetas. Oleh karena hal ini, maka anak-anak burung ini tidak akan pernah bertemu dengan induknya (betina).
Fenomena inilah yang dipersonifikasikan oleh Djaga Depari, untuk mengilustrasikan kesedihan seorang gadis yang menanti kekasihnya yang turun ke medan perang. Tetapi perlu juga digaris bawahi, bahwa lagu Piso Surit karya Djaga Depari ini didedikasikan sekaligus untuk dinyanyikan oleh para pemuda/pejuang yang tengah berada di medan pertempuran, yang sangat merindukan kekasihnya yang juga tengah berada di pengungsian semasa itu. Dengan menceritakan keadaan kekasihnya (si gadis) yang juga sedang merasakan kerinduan yang sangat mendalam. Sebab saat si pemuda tengah berada di medan pertempuran, dia juga tidak tahu dimana keberadaan kekasihnya (si gadis). Bisa dikatakan lagu ini lebih tepat apabila dinyanyikan oleh si pemuda, namun disisi lain si gadis juga menyanyikan lagu yang sama.
Dengan mengimplementasikan konsep reinterpretasi tradisi, pengkarya melahirkan Piso Surit yang baru, dengan wujud komposisi musik multimedia. Proses perwujudan pada penggarapan karya ini dilakukan dengan cara memodifikasi instrument musik tradisional suku Karo yaitu kulcapi, keteng-keteng dan gong, menjadi bentuk instrument musik midi atau instrument musik elektronik/digital. Kemudian dikombinasikan dengan instrument-instrument midi lainnya dan juga intrument-instrument musik manual/analog. Serta menerapkan konsep sound scape dan sound sample sebagai perangsang atau pengiring imajinasi pendengar menuju suatu suasana.
Karya komposisi musik multimedia ini menceritakan kesedihan seorang gadis dengan belenggu rindu yang sangat dahsyat dalam penantiannya. Rindu akan kepulangan kekasih hatinya yang tengah bertempur memperjuangkan kemerdekaan tanah air tercinta semasa melawan Agresi Militer Belanda di Republik Indonesia. Dalam hal ini sigadis dipersonifikasikan sebagai seekor burung (burung pincala).
Disimpulkan bahwa karya ini adalah reinterpretasi dari lagu Piso Surit karya Djaga Depari yang diwujudkan menjadi komposisi musik multimedia dengan kemasan musik populer, yang digarap menggunakan teknik orkestrasi musik konvensional kedalam bentuk musik tiga bagian (the three-part song form). Dibungkus dalam bingkisan genre rock dan disajikan menggunakan konsep mini rockestra. Dan memberinya judul menjadi PISO SURIT DALAM DISTORSI.
Tidak tersedia versi lain